12 November, 2010

DIFTERI

  Penyakit akut yg disebabkan oleh basil gram Æ Corynebacterium diphteriae pd selaput-selaput mucosa dengan ciri-ciri yg sangat katarestik ialah terbentuknya pseudomembran berwarna kuning kelabu, susah diangkat dan mudah berdarah

Etiologi
Basil gram Æ Corynebacterium diphtheriae. Polimorf, tidak bergerak, tidak membentuk spora, 3 tipe yaitu, Gravis, Mitis, Intermediate

Epidemiologi
Terdapat di negara berkembang. Insidens terutama pada anak-anak umur 2 – 5 tahun, jarang pd bayi < 6 bulan atau > 10 tahun. Cara Penularan, Kontak dengan penderita/ carrier, Droplet infection/ makanan terkontaminasi, Masa Tunas 2 – 7 hari. Imunisasi, DPT 0.5 cc i.m, Mulai umur 3 bulan, 3x berturut-turut tiap bulan, Booster umur 1½  - 2 tahun, dan 5 tahun, Lalu setiap 5 tahun sampai 15 tahun suntikan DT

Patogenesis dan Gejala-gejala
      Kuman membentuk pseudomembran berwarna putih kelabu sukar diangkat dan bila dipaksakan mudah terjadi perdarahan. Dpt meluas ke hidung, pharynx, tonsil, larynx, trachea dan menyebabkan obstruksi jalan napas dengan gejala sesak napas, cyanosis, stridor inspiration, retraksi daerah epigastrium, suprasternum, sekitar clavicula dan antar iga
      Kuman membentuk eksotoksin yang menyebar secara hematogen dan limfogen ke Kelenjar-kelenjar regional (bull neck), Jantung (myocarditis), Hati (perlemakan dan nekrosis), Saraf (degenerasi, demyelinisasi, paresis, paralisis). Kematian terjadi karena shock, obstruksi jalan napas, decompensatio cordis atau bronchopneumonia Parese paling sering pada otot-otot palatum à sering keselek, Parese diaphragma paling berbahaya

Klasifikasi
·         Menurut tpt infeksi dpt dibagi atas:
1.      Rhinitis Difterika
Sangat jarang (2%)
Gejala: dypsnoe, epistaksis, sekret hidung purulent sanguinosa
DD/ dengan corpus alienum dan lues congenital
2.      Tonsilitis atau Tonsilopharyngitis Difterika
Paling sering dijumpai
Frekuensi sangat tinggi
Infeksi meliputi pharynx, tonsil, adenoid, uvula, palatum molle
Gejala:             tapak sakit berat, panas, dyspnoe, sakit tenggorok terutama bila menelan, stridor inspirasi dan biasanya disertai pembengkakan kelenjar regional (bull neck)
DD/ dengan:
-          Tonsilitis folikularis
-          Angina Plaut Vincent
-          Angina Agranulositik
3.      Laryngitis atau Laryngotracheitis Diferika
Frekuensi: 25% sebagai perluasan pharyngitis difterika
Gejala khas: anak gelisah, ketakutan, dyspnoe, cyanosis, stridor inspirasi, retraksi epigastrium, suprasternal, clavicula, antar iga
Biasanya terdapat bull neck
DD/ dengan:
-          laryngitis akuta
-          laryngi-tracheitis
-          bronchitis acuta
-          asthma bronchiale
-          corpus alienum di larynx
4.      Difteri kulit
Sangat jarang, dapat timbul di daerah telinga, conjungtiva, umbilicus, vagina


Diagnosis
·         Terdapat pseudomembran yang khas
·         Menemukan kuman secara langsung/ biakan

Lab
·         Leukositosis, Hb dan eritrosit menurun
·         Dalam urine, mungkin ada: albumin uria, torak hyalin, eritrosit dan leukosit

Komplikasi
%  Traktus respiratorius
·         Obstruksi jalan napas
·         Bronchopneumonia
·         Atelectasis
%  Cardiovasculer
·         Myocarditis
·         Decompensatio cordis kanan dan kiri
%  Tractus urogenitalis
·         Nefritis akuta
%  Susunan saraf
·         Neuritis
·         Paralisis palatum, otot mata, muka, leher, ekstremitas
·         N.phrenicus pada yg sangat berat

Tatalaksana
1.      Isolasi
2.      Istirahat total
3.      ADS 20.000 u 2 hari berturut-turut
4.      Penicillin Procaine 50.000 u/ kgBB/ hari sampai panas turun 3 hari
5.      Corticosteroid 5 – 15 g/ kgBB/ hari atau prednison 2 mg/ kgBB/ hari
Corticosteroid diberikan selama 3 minggu dan dihentikan dengan tappering off utk mencegah rebound phenomena.
Tujuan pemberian kortikosteroid:
-          anti infeksi
-          anti oedema
-          anti allergi
-          mencegah myocarditis
6.      Trakheotomi bila ada obstruksi jalan napas
7.      Bila ada paralisis (suara serak, keselek) perlu diberi strichrine ¼ mg dan vitamin B1 100 mg/ hari selama 10 hari

Preventif
%  Kalau pasien pulang, beri imunisasi

Prognosis
%  Tergantung pada:
-          Stadium penyakit
-          Cepat/ lambat pemberian antitoksin
-          Umur penderita
-          Lokalisasi/ jenis difteri
(gravis, intermediate - mortalitas tinggi)

Pencegahan
%  Imunisasi
-          Pasif dari ibu sampai 3 bulan
-          Aktif fr DPT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar