BAB I
PENDAHULUAN
Sirkumsisi adalah sutu tindakan membuang prepusium penis sehingga galnds penis menjadi terbuka. Tindakan ini merupakan tindakan bedah minor yang banyak di lakukan diseluruh dunia. Secara medis sirkumsisi bertujuan untuk :
(1) menjaga higiene penis dari smegma dan sisa-sisa urin
(2) mencegah terjadinya infeksi pada glans atau prepusium penis,
(3) mencegah timbulnya karsinoma penis.
Banyak indikasi medis yang mendasari tindakan sirkumsisi. Salah satunya parafimosis.1
Parafimosis merupakan kasus gawat darurat yang merupakan kondisi dimana kulit preputium setelah ditarik ke belakang batang penis sampai di sulkus koronarius tidak dapat dikembalikan ke posisi semula ke depan batang penis. Kulit preptium yang tidak bisa kembali ke depan batang penis akan menjepit penis sehingga menimbulkan bendungan aliran darah yang disebabkan gangguan aliran balik vena superfisial sedangkan aliran arteri tetap berjalan normal. Hal ini menyebabkan edema glans penis dan dirasakan nyeri. Jika dibiarkan bagian penis disebelah distal jeratan makin membengkak yang akhirnya bisa mengalami nekrosis glans penis. 2
BAB II
ISI
2.1 Anatomi Penis
Penis mempunyai radix penis yang terfiksasi dan corpus yang tergantung bebas.Radix penis dibentuk oleh tiga massa jaringa n erektil yang dinamakan bulbus penis dan crus penis dextra dan sinistra. Bulbus penis terletak di garis tengah dan melekat pada permukaan bawah diaphragma urogenitale. Bulbus penis terletak ditembus oleh urethra dan permukaan luarnya di bungkus oleh musculus bulbospongiosus. Masing-masing crus penis melekat pada pinggir arcus pubicus dan permukaan luarnya dibungkus oleh musculus ischiocavernosus. Bulbus melanjutkan diri ke depan sebagai corpus penis dan membentuk corpus spongiosum penis. Di anterior kedua crus penis saling mendekati dan di bagian dorsal corpus penis terletak berdampingan membentuk corpus cavernosum penis.
Corpus penis pada hakekatnya terdiri atas tiga jaringan erektil yanmg di liputi sarung fascia berbentu tubular. Jaringan erektil dibentuk dari dua corpora cavernosa penis yang terletak di dorsal dan satu corpus spongiosum penis terletak pada permukaan ventralnya. Pada bagian distal corpus spongiosum penis melebar membentuk glans penis yang meliputi ujung distal corpora cavernosa penis. Pada ujung glans penis terdapat celah yang merupakan muara urethra disebut ostium urethra eksternum.
Preputium penis merupakan lipatan kulit seperti kerudung yang menutupi glans penis. Normalnya, kulit preputium selalu melekat erat pada glans penis dan tidak dapat ditarik ke belakang pada saat lahir, namun seiring bertambahnya usia serta diproduksinya hormon dan faktor pertumbuhan, terjadi proses keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis dan lapis bagian dalam preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari glans penis. 3
2.2 Parafimosis
2.2.1 Definisi
Parafimosis adalah prepusium penis yang diretraksi sampai disulkus koronarius tidak dapat dikembalikan pada keadaan semula dan timbul jeratan pada penis dibelakang sulkus koronarius.
2.2.2 Etiologi
Menarik (retraksi) prepusium ke proksimal biasanya dilakukan pada saat bersenggama/masturbasi atau sehabis pemasangan kateter. 1
2.2.3 Epidemiologi
Parafimosis yang di diagnosis secara klinis ini, dapat terjadi pada penis yang belum disunat (disirkumsisi) atau telah disirkumsisi namun hasil sirkumsisinya kurang baik. Fimosis dan parafimosis dapat terjadi pada laki-laki semua usia, namun kejadiannya tersering pada masa bayi dan remaja. 1,4,5
2.2.4 Patogenesis
Parafimosis merupakan kasus gawat darurat. Upaya untuk menarik kulit preputium ke belakang batang penis, terutama yang berlebihan namun gagal untuk mengembalikannya lagi ke depan manakala sedang membersihkan glans penis atau saat memasang selanguntuk berkemih (kateter), dapat menyebabkan parafimosis. Kulit preptium yang tidak bias kembali ke depan batang penis akan menjepit penis sehingga menimbulkan bendungan aliran darah dan pembengkakan (edema) glans penis dan preputium, bahkan kematian jaringan penis dapat terjadi akibat hambatan aliran darah pembuluh nadi yang menuju glans penis.
2.2.5 Tata Laksana
Prepusium diusahakan untuk dikembalikan secara manual dengan teknik memijat glans selama 3-5 menit diharapkan edema berkurang dan secara perlahan-lahan prepusium dikembalikan pada tempatnya. Jika usaha ini tidak berhasil, dilakukan dorsum insisi pada jeratan sehingga prepusium dapat dikembalikan pada tempatnya. Setelah edema dan proses inflamasi menghilang, pasien dianjurkan untuk menjalani sirkumsisi. Walaupun demikian, setelah parafimosis diatasi secara darurat, selanjutnya diperlukan tindakan sirkumsisi secara berencana oleh karena kondisi parafimosis tersebut dapat berulang atau kambuh kembali. 1,4,5
DAFTAR PUSTAKA
1. Purnomo, Basuki B. Kelainan Penis dan Urethra. Dasar-dasar Urologi. Ed.2. Jakarta : CV. Infomedika. 2003. Hal : 150
2. Purnomo, Basuki B. Kelainan Penis dan Urethra. Dasar-dasar Urologi. Ed.2. Jakarta : CV. Infomedika. 2003. Hal : 240
3. Snell, Richard S. Trigonum Urogenitalis. Huriawati Hartono. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Ed.6. Jakarta : EGC, 2006. Hal ; 396
4. Rudolph. Abraham M. Kelainan Urogenital. A. Samik Wahab, Sugiarto. Buku Ajar Pediatri Rudolph Volume 2. Ed.20. Jakarta : EGC. 2006 . Hal: 1544
5. Sjamsuhidajat, R , Wim de Jong. Saluran kemih dan Alat Kelamin Lelaki. Buku-Ajar Ilmu Bedah.Ed.2. Jakarta : EGC, 2004. Hal : 801
7. Eliastam, Michael, George L. Manual Emergeny Medicine. Widayanti. D. Penuntun Kedaruratan Medis. Ed.5. Jakarta : EGC. 1998
Tidak ada komentar:
Posting Komentar