16 Juli, 2012

BUKU PINTAR KONSELING KELUARGA MANDIRI SADAR GIZI (KADARZI)

Kriteria Keluarga mandiri Sadar Gizi

1.      Biasa makan beraneka ragam makanan.
2.      Selalu memantau kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarganya (menimbang berat badan), khususnya balita dan ibu hamil.
3.      Biasa menggunakan garam beryodium
4.      Memberi dukungan kepada ibu melahirkan agar memberikan ASI saja pada bayi sampai umur 4 bulan.
5.      Biasa makan pagi.

Keluarga dikatakan kadarzi, bila dapat melaksanakan seluruh perilaku tersebut. Bila salah satu perilaku belum dapat dilaksanakan, maka keluarga tersebut belum Kadarzi.

Yang perlu disampaikan agar keluarga biasa makan beraneka ragam makanan

1.      Pengertian aneka ragam makanan yaitu :
Makan 2-3 kali sehari yang terdiri dari 4 macam kelompok bahan makanan. Dari tiap kelompok bahan makanan dan jenis yang dikonsumsi, maka makin banyak jenisnya makin baik. Adapun 4 kelompok bahan makanan tersebut adalah :
  1. Makanan pokok, sebagai sumber zat tenaga : beras, jagung, ubi, singkong, mie, dan lain-lain.
  2. Lauk pauk, sebagai sumber zat pembangun : ikan, telur, ayam, daging, tempe, kacang-kacangan, tahu, dll.
  3. Sayuran dan buah-buahan, sebagai sumber zat pengatur : bayam, kangkung, wortel, buncis, kacang panjang, sawi, daun singkong, daun katuk, pepaya, pisang, jeruk, semangka, nanas dan lain-lain.



2.      Manfaat makan aneka ragam makanan, yaitu :
Untuk melengkapi zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh agar dapat melakukan pekerjaan sehari-hari dan terhindar dari penyakit kekurangan gizi.
3.      Akibat tidak makan aneka ragam makanan, yaitu :
Tubuh kekurangan zat gizi tertentu dan lebih mudah terserang penyakit dan khusus balita pertumbuhan dan kecerdasannya terganggu.
4.      Tindakan yang perlu dilakukan bila keluarga belum makan aneka ragam makanan, yaitu :
¨      Jelaskan tentang pentingnya makan aneka ragam makanan pada kesehatan, pertumbuhan dan kecerdasan.
¨      Memanfaatkan pekarangan disekitar rumah dengan menanam tanaman, beternak ayam, bebek, ikan dan lain-lain agar dimakan oleh anggota keluarga dan hasil pekarangan juga dapat dijual untuk menambah penghasilan keluarga.
¨      Mengupayakan bantuan dari sektor pertanian, untuk mengusahakan penggunaan lahan pertanian secara gotong royong bagi keluarga yang tidak mempunyai pekarangan.
¨      Anjurkan ibu untuk masak aneka ragam dengan menu yang disukai oleh angota keluarga.

Nikmatilah aneka ragam makanan yang tersedia.
 
Yang perlu disampaikan pada keluarga agar memantau kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarganya.

1.      Pengertian memantau kesehatan dan pertumbuhan, yaitu : mengikuti perkembangan kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarga, terutama bayi, balita dan ibu hamil.
2.      Kegunaan memantau kesehatan dan pertumbuhan yaitu :
  1. Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak balita.
  2. Mengetahui kesehatan ibu hamil dan perkembangan janin, mencegah ibu melahirkan Bayi dengan berat badan lahir rendah dan terjadinya perdarahan pada saat melahirkan.
  3. Mengetahui kesehatan anggota keluarga dewasa dan usia lanjut.
3.      Akibat bila tidak memantau kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarga, yaitu :
¨      Tidak mengetahui perkembangan pertumbuhan bayi, anak balita dan janin secara normal.
¨      Tidak mengetahui adanya gejala penyakit pada bayi, anak balita, dan ibu hamil, misalnya kekurangan zat gizi, kegemukan, gangguan pertumbuhan janin dan gangguan kesehatan lain.
4.      Tindakan yang perlu dilakukan bila keluarga belum memantau kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarganya, yaitu :
¨      Anjurkan kepada anggota keluarga/ibu menimbang bayi dan anak balitanya setiap bulan ke Posyandu.  Bila berat badan anak turun atau tidak naik,  maka anjurkan orang tua/ibu untuk memeriksakan anaknya ke Petugas kesehatan di meja 5 Posyandu atau Puskesmas terdekat.
¨      Anjurkan kepada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya sesegera mungkin ke petugas kesehatan secara teratur, paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan.  Bila ibu hamil terlihat kurus, maka anjurkan ibu tersebut untuk makan 1-2 piring lebih banyak dari biasanya, dan minum tablet tambah darah setiap hari 1 tablet, sedikitnya 90 tablet selama masa kehamilan. Selain minum tablet tambah darah, ibu dianjurkan makan-makanan sumber zat besi seperti : ikan, telur, tempe, kacang-kacangan, sayur-sayuran dan buah-buahan.

Yang perlu disampaikan pada keluarga agar menggunakan/ masak dengan garam beryodium.

1.      Pengertian garam beryodium, yaitu : garam yang telah ditambah zat yodium yang diperlukan oleh tubuh. Pada kemasan biasa ditulis “garam beryodium”.
2.      Kegunaan garam beryodium, yaitu : mencegah terjadinya penyakit Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).
3.      Akibat tidak menggunakan /masak dengan garam beryodium, yaitu terjadinya penyakit Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) yang ditandai dengan :
¨      Membesarnya kelenjar gondok di daerah leher, sehingga mengurangi daya tarik seseorang.
¨      Pertumbuhan anak tidak normal yang disebut kretin/kerdil.
4.      Tindakan yang perlu dilakukan bila keluarga belum makan/masak dengan garam beryodium, yaitu :
¨      Anjurkan keluarga agar selalu makan/masak dengan garam beryodium.
¨      Jelaskan kepada keluarga bagaimana membedakan garam beryodium dan garam tidak beryodium dengan menggunakan test kit yang disebut Yodina test (dapat dibeli di apotik/toko obat).
Selanjutnya terangkan cara menggunakan test kit tersebut, yaitu : teteskan garam dapur dengan cairan yodina, maka akan terlihat perubahan warna garam putih menjadi biru keunguan pada garam yang beryodium. Semakin tua warnanya, semakin baik mutu garam beryodium.
5.      Bagaimana jika tidak tersedia test kit dan cairan yodina ?
¨      Kupas singkong yang masih segar, kemudian diparut.
¨      Tuangkan 1 sendok perasan singkong parut tanpa ditambah air kedalam tempat yang bersih.
¨      Tambahkan 4-6 sendok terh munjung garam yang akan diperiksa.
¨      Tambahkan 2 sendok teh cuka biang, aduk sampai rata, biarkan beberapa menit. Bila timbul warna biru keunguan berarti garam tersebut mengandung yodium.

Yang perlu disampaikan pada ibu agar memberika ASI saja pada bayi dengan umur 0-4 bulan.

1.      Pengertian pemberian Air Susu Ibu (ASI) saja, yaitu : tidak memberikan makanan dan minuman lain selain ASI pada bayi umur 0-4 bulan.
2.      Kegunaan memberikan ASI saja, yaitu :
¨      ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, murah dan mudah memberikannya pada bayi.
¨      ASI saja dapat mencukupi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh kembang dengan ormal pada bayi sampai berumur 4 bulan.
¨      ASI yang pertama keluar disebut  kolustrum berwarna kekuningan, dan mengandung zat kekebalan untuk mencegah timbulnya penyakit. Oleh karena itu harus diberikan kepada bayi dan jangan sekali-sekali dibuang.
¨      Keluarga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi 0-4 bulan.
¨      Dengan ASI mempererat ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi.
3.      Akibat tidak memberikan ASI saja pada bayi, yaitu :
¨      Bila bayi umur 0-4 bulan diberi makanan lain selain ASI, dapat terjadi gangguan alat pencernaan.
¨      Bayi tidak mempunyai ketahanan tubuh untuk mencegah penyakit.
¨      Bila bayi diberikan susu botol sering terjadi mencret, kemungkinan bayi tidak cocok dengan susu bubuk atau cara membuatnya tidak bersih, dan pengeluaran biaya rumah tangga lebih banyak.
¨      Mengurangi ikatan cinta kasih antara ibu dan anak.

Tindakan yang perlu dilakukan bila ibu belum memberikan ASI saja pada bayi mulai umur 0-4 bulan, yaitu :
¨      Memberikan pendidikan gizi atau pengetahuan tentang pentingnya memberikan ASI saja pada bayi mulai umur 0-4 bulan.
¨      Mempersiapkan ibu agar dapat menyusui bayinya segera setelah melahirkan dengan menganjurkan makan-makanan bergizi yang dapat meningkatkan ASI, misalnya kacang-kacangan, sayuran hijau, ikan, telur dan buah-buahan.
¨      Mulai umur 4 bulan bayi dapat diperkenalkan dengan makanan pendamping ASI.

Yang perlu disampaikan pada keluarga agar biasa makan pagi

1.      Pengertian makan/sarapan pagi, yaitu : makanan yang dimakan pada pagi hari sebelum beraktifitas, yang terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk atau makanan kudapan. Jumlah yang dimakan kurang lebih 1/3 dari makanan sehari.

2.      Manfaat makan/sarapan pagi, yaitu :
¨      Untuk memelihara ketahanan tubuh, agar dapat bekerja atau belajar dengan baik.
¨      Membantu memusatkan pikiran untuk belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran.
¨      Membantu mencukupi zat gizi.
3.      Akibat tidak makan pagi, yaitu :
¨      Badan terasa lemah karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk tenaga.
¨      Tidak dapat melakukan kegiatan atau pekerjaan pagi hari dengan baik.
¨      Anak sekolah tidak dapat berpikir dengan baik dan malas.
¨      Orang dewasa hasil kerjanya menurun.
4.      Tindakan yang perlu dilakukan bila keluarga belum biasa makan pagi, yaitu :
¨      Jelaskan keuntungan seseorang bila membiasakan diri makan pagi.
¨      Anjurkan makan pagi sesuai dengan keadaan ekonomi keluarga.
¨      Gunakan bahan makanan yang tersedia dan mudah dibuat dikeluarga atau mudah didapat di daerah setempat.
¨      Berikan contoh-contoh makan pagi yang sederhana dan bergizi.

04 Juli, 2012

Nilai Normal Laboratorium Patologi Klinik


PRIA

Hematologi
Jenis Spesimen : darah
Darah Lengkap

Eritrosit : 4.5 – 5.9 (4.5 – 5.5) (juta/ul)
Haemoglobin (Hb) : 13.5 – 17.5 (13 – 16) (g/dl)
Hematokrit (Ht) : 41.0 – 53.0 (40 – 54) (%)
Trombo sit : 150.000 – 440.000 (150.000 – 400.000) (/ul)
Leukosit : 4.000 – 11.000 (5.000 – 10.000) (/ul)
Laju Endap Darah (LED) : 0 – 10 (mm/jam)

Diff count / Hitung Jenis Leukosit
Basofil : 0 – 1 (%)
Eosinofil : 1 – 3 (%)
Batang : 2 – 6 (%)
Segmen : 50 – 70 (%)
Limfosit : 20 – 40 (%)
Monosit : 2 – 8 (%)


Urinalisa
Jenis Spesimen : urine midstream / porsi tengah
Urine Lengkap

Warna : kuning
Kejernihan : jernih
Glukosa : negatif
Bilirubin : negatif
Keton : negatif
Berat jenis : 1.005 – 1.030 (1.003 – 1.030)
Darah samar : negatif
pH : 4.5 – 8.0 (5 – 8)
Protein : negatif
Urobilinogen : 0.1 – 1.0 (EU/dl)
Nitrit : negatif
Esterase leukosit : negatif

Sedimen
Leukosit : 0 – 5 (0 – 3) (/LPB)
Eritrosit : 0 – 1 (/LPB)
Silinder : negatif (/LPK)
Epitel : +1
Kristal : negatif
Lain-lain : negatif


Kimia Darah
Glukosa N : 80 – 100 (mg/dl)
Glukosa PP : 100 - 120 (mg/dl)
Glukosa S : < 150 (mg/dl)

Kolesterol total : < 200 (mg/dl)
Trigliserida : < 150 (mg/dl)
HDL – Kolesterol : > 55 (mg/dl)
LDL – kolesterol : < 150 (mg/dl)

Ureum : 15 – 40 (mg/dl)
Kreatinin : 0.5 – 1.5 (mg/dl)
Asam urat : 3.4 – 7.0 (mg/dl)

Bilirubin total : 0.2 – 1 (mg %)
Bilirubin direk : 0 – 0.2 (mg %)
Bilirubin indirek : 0.2 – 0.8 (mg %)

SGOT : 5 – 40 (u/l)
SGPT : 5 – 41 (u/l)
Alkali Fosfatase : 45 – 190 (iu/l)
Gamma GT : 6 – 28 (mu/ml)

Protein total : 6.1 – 8.2 (gr %)
Albumin : 3.8 – 5.0 (gr %)
Globulin : 2.3 – 3.2 (gr %)


Imunologi dan Serologi
Widal
Salmonella typhy
Salmonella paratyphy A
Salmonella paratyphy B
Salmonella paratyphy C

VDRL : negatif
HbSAg
Anti Hbs
RF : < 8 (lu/dl)
CRP : < 0.8 (Mg/dl)
ASTO : < 200 (lu/dl)


Wanita

Hematologi
Jenis Spesimen : darah
Darah Lengkap

Eritrosit : 4 – 5 (juta/ul)
Haemoglobin (Hb) : 12 – 15 (g/dl)
Hematokrit (Ht) : 36 – 47 (%)
Trombo sit : 150.000 – 400.000(/ul)
Leukosit : 5.000 – 10.000(/ul)
Laju Endap Darah (LED) : < 15 (mm/jam)

Diff count / Hitung Jenis Leukosit
Basofil : 0 – 1 (%)
Eosinofil : 1 – 3 (%)
Batang : 2 – 6 (%)
Segmen : 50 – 70 (%)
Limfosit : 20 – 40 (%)
Monosit : 2 – 8 (%)


Urinalisa
Jenis Spesimen : urine midstream / porsi tengah
Urine Lengkap

Warna : kuning
Kejernihan : jernih
Glukosa : negatif
Bilirubin : negatif
Keton : negatif
Berat jenis : 1.003 – 1.030
Darah samar : negatif
pH : 5 – 8
Protein : negatif
Urobilinogen : 0.1 – 1.0 (EU/dl)
Nitrit : negatif
Esterase leukosit : negatif

Sedimen
Leukosit : 0 – 3 (/LPB)
Eritrosit : 0 – 1 (/LPB)
Silinder : negatif (/LPK)
Epitel : +1
Kristal : negatif
Lain-lain : negatif


Kimia Darah
Glukosa N : 80 – 100 (mg/dl)
Glukosa PP : 100 - 120 (mg/dl)
Glukosa S : < 150 (mg/dl)

Kolesterol total : < 200 (mg/dl)
Trigliserida : < 150 (mg/dl)
HDL – Kolesterol : > 65 (mg/dl)
LDL – kolesterol : < 150 (mg/dl)

Ureum : 15 – 40 (mg/dl)
Kreatinin : 0.5 – 1.5 (mg/dl)
Asam urat : 2.4 – 5.7 (mg/dl)

Bilirubin total : 0.2 – 1 (mg %)
Bilirubin direk : 0 – 0.2 (mg %)
Bilirubin indirek : 0.2 – 0.8 (mg %)

SGOT : 5 – 40 (u/l)
SGPT : 5 – 41 (u/l)
Alkali Fosfatase : 45 – 190 (iu/l)
Gamma GT : 4 – 18 (mu/ml)

Protein total : 6.1 – 8.2 (gr %)
Albumin : 3.8 – 5.0 (gr %)
Globulin : 2.3 – 3.2 (gr %)


Imunologi dan Serologi
Widal
Salmonella typhy
Salmonella paratyphy A
Salmonella paratyphy B
Salmonella paratyphy C

VDRL : negatif
HbSAg
Anti Hbs
RF : < 8 (lu/dl)
CRP : < 0.8 (Mg/dl)
ASTO : < 200 (lu/dl)

TRIAS EPIDEMIOLOGI DAN VARIABEL



Trias epidemiologi atau segitiga epidemiologi adalah suatu konsep dasar epidemiologi yang menggambarkan tentang hubungan tiga faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah kesehatan lainnya.  Tiga faktor tersebut adalah host (penjamu),agent (agen, faktor penyebab), dan environment (lingkungan).

Host adalah manusia atau  makhluk hidup lainnya, termasuk burung dan antropoda yang menjadi tempat terjadinya proses alamiah perkembangan pernyakit. Yang termasuk dalam faktor penjamu, yaitu usia, jenis kelamin, ras/etnik, anatomi tubuh, status gizi, sosial ekonomi, status perkawinan, penyakit terdahulu, life style, hereditas, nutrisi, dan imunitas. Faktor-faktor ini mempengaruhi risiko untuk terpapar sumber infeksi serta kerentanan dan resistensi manusia terhadap suatu penyakit atau infeksi.

Host atau penjamu memiliki karateristik tersendiri dalam menghadapi ancaman penyakit, antara lain:
1.      Imunitas
Kesanggupan host untuk mengembangkan suatu respon immunologis, dapat secara alamiah maupun perolehan (non-alamiah), sehingga tubuh kebal terhadap suatu penyakit tertentu. Selain mempertahankan diri, pada jenis-jenis penyakit tertentu mekanisme pertahanan tubuh dapat menciptakan kekebalan tersendiri. Misalnya campak, manusia mempunyai kekebalan seumur hidup, mendapat immunitas yang tinggi setelah terserang campak, sehingga seusai kena campak sekali maka akan kebal seumur hidup.

2.      Resistensi
Kemampuan dari pejamu untuk bertahan terhadap suatu infeksi. Terhadap suatu infeksi kuman tertentu, manusia  mempunyai mekanisme pertahanan tersendiri dalam menghadapinya.

3.      Infektifnes (infectiousness)
Potensi pejamu yang terinfeksi untuk menularkan penyakit kepada orang lain. Pada keadaan sakit maupun sehat, kuman yang berada dalam tubuh manusia dapat berpindah kepada manusia dan sekitarnya.

Agent adalah suatu unsur, organisme hidup atau infektif yang dapat menyebabkan terjadinya suatu penyakit. (M.N Bustan: 2006). Agen tersebut meliputi agen biologis, kimia, nutrisi, mekanik, dan fisika. Agen biologis bersifat parasit pada manusia, seperti metazoan, protozoa, jamur, bakteri, ricketsia, dan virus. Agen kimia meliputi pestisida, asbes, CO, zat allergen, obat-obatan, limbah industri, dll. Agen nutrisi meliputi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air yang jika kekurangan atau kelebihan zat-zat tersebut, maka dapat menimbulkan penyakit. Agen mekanik meliputi friksi yang kronik, misalnya kecelakaan, trauma organ yang menyebabkan timbulnya sakit, dislokasi (payah tulang), dll.

Dari segi epidemiologi, konsep faktor agen mengalami perkembangan dengan mempergunakan terminologi faktor resiko (risk factor). Jadi, tidak hanya unsur-unsur di atas yang tergolong faktor resiko, tetapi mencakup semua hal yang memberikan kemungkinan terjadinya penyakit. Contoh faktor resiko yang bersifat tingkah laku yang tidak sehat, yaitu minum alkohol, drug abuse, merokok, tidak menggunakan tali pengaman (seat bealt), kurang olah raga, dll.

Seperti halnya dengan host, agen juga memiliki karakteristik, yaitu (M.N Bustan: 2006):
1.      Infekstivitas
Kesanggupan dari organisme untuk beradaptasi sendiri terhadap lingkungan dari penjamu untuk mampu tinggal dan berkembang biak (multiply) dalam jaringan pejamu. Umumnya diperlukan jumlah tertentu dari suatu mikroorganisme untuk mampu menimbulkan infeksi terhadap penjamunya. Dosis infektifitas minimum (minimum infectious dose) adalah jumlah minimal organisma yang dibutuhkan untuk menyebabkan infeksi. Jumlah ini berbeda antara berbagai species mikroba dan antara individu.

2.      Patogenesitas
Kesanggupan organisme untuk menimbulkan suatu reaksi klinik khusus yang patologis setelah terjadinya infeksi pada penjamu yang diserang. Dengan perkataan lain, jumlah penderita dibagi dengan jumlah orang yang terinfeksi. Hampir semua orang yang terinfeksi dengan dengan virus smallpox menderita penyakit (high pathogenicity), sedangkan orang yang terinfeksi poliovirus tidak semua jatuh sakit (low pathogenicity).

3.      Virulensi
Kesanggupan organisme tertentu untuk menghasilkan reaksi patologis yang berat yang selanjutnya mungkin menyebabkan kematian. Virulensi kuman menunjukkan beratnya (severity) penyakit.

4.      Toksisitas
Kesanggupan organisme untuk memproduksi reaksi kimia yang toksis dari substansi kimia yang dibuatnya. Dalam upaya merusak jaringan untuk menyebabkan penyakit berbagai kuman mengeluarkan zat toksis.

5.      Invasitas
Kemampuan organisme untuk melakukan penetrasi dan menyebar setelah memasuki jaringan.

6.      Antigenisitas
Kesanggupan organisme untuk merangsang reaksi immunologis dalam penjamu. Beberapa organisma mempunyai antigenisitas lebih kuat dibanding yang lain. Jika menyerang pada aliran darah (misalnya virus measles) akan lebih merangsang immunoresponse dari yang hanya menyerang permukaan membrane (misalnya gonococcus).

Faktor environment (lingkungan) adalah bagian dari trias epidemiologi. Faktor ini memiliki peranan yang sama pentingnya dengan dua faktor yang lain. Faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik, biologi, sosial-ekonomi, topografi dan georafis. Lingkungan fisik seperti kondisi udara, musim, cuaca, kandungan air dan mineral, bencana alam, dll. Lingkungan biologi meliputi hewan, tumbuhan, mikroorganisme saprofit, dsb. Lingkungan sosial-ekonomi yang juga mempengaruhi, yaitu kepadatan penduduk, kehidupan sosial, norma dan budaya, kemiskinan, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas kesehatan, dll.

Faktor-faktor trias epidemiologi saling berinteraksi. Keterhubungan antara host, agent, dan environment ini merupakan suatu kesatuan yang dinamis yang berada dalam keseimbangan (equilibrium) pada seseorang individu yang sehat. Maka dapat dikatakan bahwa individu yang sehat adalah keadaan dimana ketiga faktor ini dalam keadaan seimbang. Jika timbul penyakit pada diri individu, maka berkaitan dengan gangguan interaksi antara ketiga faktor tersebut.

Interaksi trias epidemiologi, antara lain:
-          Interaksi Agen-Lingkungan
Keadaan dimana agent dipengaruhi langsung oleh environment (karakteristik host tidak berpengaruh). Misal: ketahanan bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vit dlm lemari pendingin, dll.

-          Interaksi Host-Lingkungan
Keadaan dimana host dipengaruhi langsung oleh environment (karakteristik agen tidak berpengaruh). Misal: kebiasaan penyiapan makanan, ketersediaan fasilitas kesehatan, dll.

-          Interaksi Host-Agen
Keadaan dimana agent telah berada dalam diri host. Interaksi ini dapat berakhir dengan kesembuhan, gangguan sementara, kematian atau carier.

-          Interaksi Agent-Host-Lingkungan
Keadaan dimana host, agent & environment saling mempengaruhi satu sama lain sehingga timbul penyakit. Misal: kontaminasi feses penderita tifus pada sumber air minum.

Bentuk interaksi trias epidemiologi juga dikemukakan oleh John Gordon berupa Timbangan Keseimbangan. Dalam hukum Biologic Lawsdikatakan bahwa suatu penyakit timbul karena terjadi ketidakseimbangan antara agent dan host. Keseimbangan tersebut tergantung pada sifat alami dan karakteristik dari agent dan host (individu/ kelompok). Karakteristik dari agent dan host berikut interaksinya secara langsung tergantung pada keadaan alami dari lingkungan biologi, fisik, dan sosial-ekonomi.

Timbangan kesimbangan, meliputi:
1.      Periode Prepatogenesa
Pada periode ini, manusia dalam kondisi sehat, tidak ada pengaruh dari lingkungan yang buruk atau bibit penyakit. Maka ini merupakan keadaan seimbang.

2.      Periode Patogenesa
Pada periode ini, keadaan seimbang terganggu sehingga timbul suatu penyakit.
  1. Perubahan Lingkungan
-  Posisi ketidakseimbangan pada lingkungan menyebabkan mudahnya penyebaran agent. Misal: Kasus DBD meningkat  pada musim hujan.
-  Posisi ketidakseimbangan pada lingkungan menyebabkan perubahan pada faktor host. Misal: Kasus ISPA meningkat karena meningkatnya polusi udara.
  1. Perubahan Agent
Contohnya peningkatan virulensi agent, terdapat agent baru, jumlah agent bertambah, dan mutasi agent.
  1. Perubahan Host
Contohnya bertambah banyaknya jumlah orang-orang rentan terhadap suatu agent mikroorganisme tertentu, misalnya terhadap kuman difteri.

                                                                                         

Referensi:
Bustan, M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Bahan kuliah Pengantar Epidemiologi oleh Ibu Minsarnawati Tahangnacca, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.