02 Mei, 2013

Gagal Ginjal Kronik



Pengertian
Gagal ginjal kronik adalah suatu sindroma klinik yang disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan irreversibel. Setiap penyakit yang terjadi pada ginjal akan menyebabkan tergangguanya fungsi ginjal terutama berkaitan dengan fungsi pembuangan sisa metabolisme .5,6
Epidemilogi
            Di Amerika Serikat, data tahun 1995-1999 menyatakan insidensi penyakit ginjal kronik diperkirakan 100 kasus perjuta penduduk pertahun, dan angka ini meningkat sekitar 8% setiap tahunnya. Di Malaysia, dengan populasi 18 juta, diperkirakan terdapat 1800 kasus baru gagal ginjal pertahunnya. Dinegara-negara berkembang lainnya, insidensi ini diperkirakan sekitar 40-60 kasus perjuta penduduk pertahun. 7
Etiologi
            Gagal ginjal kronik, merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan ireversibel yang berasal dari berbagai penyebab. Angka perkembngan penyakit ginjal kronik sangat bervariasi. Perjalanan ESRD hingga tahap terminal dapat bervariasi dari 2 – 3  penyebab ginjal krinik yang tersering dapat dibagi menjadi delapan kelas yang tercantum pada tabel  2.1. 6
            Sedangkan untuk Indonesia sendiri menurut Perhimpunan Nefrologi Indonesia (pernefri) tahun 2000 mencatat penyebab gagal ginjal yang menjalani hemodialisa di Indonesia, seperti pada tabel 2.2.7


Tabel 2.1 Klasifikasi penyebab gagal ginjal kronik
Klasifikasi Penyakit
Penyakit
Penyakit infeksi tubulointerstitial
Pielonefritis kronik atau refluks nefropati
Penyakit peradangan
Glomerulonefritis
Penyakit vaskular hipertensif
Nefrosklerosis benigna
Nefrosklerosis maligna
Stenosis arteria renalis
Gangguan jaringan ikat
Lupus eritomatosus sistemik
Poliartritis nodosa
Sklerosis sitemik progresif
Gangguan kongenital dan herediter
Penyakit ginjal poli kistik
Penyakit metabolik
Diabetes melitus
Hiperparatiroidisme
Amiloidosis
Nefropati toksik
Penyalah gunaan analgesik
Nefropati timah
Nefropati obstruktif
Traktus urinarius bagian atas :
Batu, neoplasma, fibrosis retro peritoneal
Traktus urinarius bagian bawah :
Hipertrofi prostat, striktur eretra, anomali kongenital lever vesika urinaria dan uretra.



 Tabel. 2.2 Penyabab gagal ginjal kronik yang menjalani Hemodialisa di Indonesia
Penyebab
Insiden
Glomerulonefritis
46,39%
Diabetes Melitus
18,65%
Obstruksi dan Infeksi
12,85%
Hipertensi
8,46%
Penyebab lain
13,65%

Klasifikasi
            Pada tahun 2003, Perazella dan Reilly menetapkan suatu klasifikasi dari penyakit ginjal kronis berdasarkan laju filtrasi glomerulus. Dengan adanya suatu sistem klasifikasi ini, maka diharapkan faktor-faktor yang mempercepat progresi dari penyakit ginjal kronis, pengobatan yang akan diberikan, efek yang tidak diinginkan dapat diketahui dan ditetapkan dengan lebih mudah. Selain itu, suatu klasifikasi juga dapat digunakan untuk pedoman klinis, dan program peningkatan kualitas .13
Tabel. 2.3 Klasifikasi dan Perencanaan Tindakan Penyakit Ginjal13

Patofisiologi
            Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama. Pengurangan massa ginjal menyababkan hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa (suviving nephrons) sebagai upaya kompensasi, yang diparantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan groeth factor. Hal ini mengakibatkan hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi. Adanya peningkatan aktivitas aksis renin-angiotensin-aldosteron internal, ikut memberikan kontribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis dan progresifitas tersebut. Aktivitas jangka panjang aksis renin-angiotensin-aldosteron, sebagian diperantarai oleh growth factor seperti transformning growth factor β (TGF-β). Beberapa hal juga dianggap berperan terhadap terjadinya progresifitas penyakit ginjal kronik adalah albuminuria, hpertensi, hiperglikemia, dislipidemia. Terdapat variabelitas interindividual untuk terjadinya sklerosis dan fibroisis glomerulus maupun tuburointerstitial.7
            Pada stadium paling dini penyakit ginjal kronik, terjadi kehilangan daya cadang ginjal (renal reserve), pada keadaan mana basal LFG masif normal atau malah meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 60%, penderita masih belum merasakan keluhan (asimtomatik), tetapi sudah terjadi peningkatan urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 30%, mulai terjadi keluhan pada penderita seperti, nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan krang dan penurunan berat badan. Pada sampai LFG dibawah 30%, penderita memperlihatkan gejala dan tanda-tanda uremia yang nyata seperti, anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya. Penderita juga mudah terkena infeksi sepeti infeksi saluran kemih, infeksi saluran napas, maupun infeksi saluran cerna. Juga akan terjadi gangguan keseimbangan air seperti hipo atau hipervolemia, gangguan keseimbangan elektrolit antara lain natrium dan kalium. Pada LFG dibawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi lebih serius, dan penderita sudah memerlukan terapi pengganti ginjal antara lain dialisis atau transplantasi ginjal. Pada keadaan ini dikatan sampai pada stadium gagal ginjal.7
Gambaran Klinis 7
Gambaran klinis penderita gagal ginjal kronik dibagi atas :
1.      Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti diabetes melitus, infeksi traktus urinarius, batu traktur urinarius, hipertensi, hiperurikemia, Lupus Eritomatosus Sistemik (LES), dan lain sebagiannya.
2.      Sindroma uremia, yang terdiri dari lemah, latergi, anoreksia, mual muntah, nokturia, kelebihan volume cairan (volume overload), neuropati perifer, pruritus, uremic frost, perikarditis, kejang-kejang sampai koma.
3.      Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia, osteodontrofi renal, payah jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit (kalium, natrium, klorida).
Terapi 7
            Terapi pada penyakit ginjal kronik bisa dibagi atas terapi untuk penyakit penyebab, memperlambat progrevisitas penyakit ginjal kronik, dan penanganan komplikasi. Terapi untuk penyakit penyebab tentu sesuai dengan patofisiologi masing-masing penyakit. Pencegahan progresivitas penyakit ginjal kronik bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain retriksi protein, kontrol glukosa, kontrol tekanan darah dan proteinuria, penyesuaian dosis obat-obatan, dan edukasi. Pada penderita yang sudah gagal ginjal dan terdapat gejala uremia, Hemodialisi atau terapi pengganti lain bisa dilakukan.