19 Oktober, 2011

DIAGNOSIS PERITONITIS GENERALISATA AKUTA ET CAUSA PERFORASI TIFOID PADA ILEUM

ABSTRACT
Demam tifoid adalah suatu penyakit sistemik yang bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Perforasi usus halus dilaporkan terjadi pada 0,5-3% kasus. Keluarnya isi saluran pencernaan ke dalam rongga perut menyebabkan iritasi dan peradangan pada rongga abdomen yang disebut peritonitis. Peritonitis ini sering menjadi fatal. Tujuan penulisan ini untuk panduan diagnosis peritonitis generalisata akuta. Pada kasus ini, pasien laki-laki umur 55 tahun datang dengan keluhan nyeri perut dirasakan sejak 3 hari yang lalu, keluhan disertai tidak bisa flatus dan BAB sejak 2 hari yang lalu, mual-mual sejak 2 hari yang lalu, tapi tidak muntah, pusing, pasien mengaku tidak ada demam selama beberapa minggu ini, hanya mengeluhkan tidak enak badan selama beberapa minggu. Pemeriksaan fisik abdomen, tidak didapatkan bising usus dan didapatkan defans muskular, nyeri tekan, kembung dan pekak hepar menghilang. Penatalaksanaan kasus ini dengan dilakukan operatisi laparatomi.

Keyword: peritonitis generalisata akuta, perforasi tifoid, ileum

HISTORY
Pasien laki-laki umur 55 tahun datang dengan keluhan Nyeri perut dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Nyeri dirasalan menjalar hingga ke pinggang. Keluhan disertai tidak bisa flatus dan BAB sejak 2 hari yang lalu, mual-mual sejak 2 hari yang lalu, tapi tidak muntah, pusing, pasien mengaku tidak ada demam selama beberapa minggu ini, hanya mengeluhkan tidak enak badan selama beberapa minggu.
Pasien mengaku 3 hari yang lalu sepulang bekerja, karena merasa tidak enak badan terjatuh saat sedang berjalan. Keluhan tidak enak badan dirasakan sudah sejak 3-4 minggu yang lalu. Saat jatuh tersebut bagian perut terbentur tanah. Sejak saat itu nyeri perut dirasakan memberat oleh pasien.
Keadaan umum pasien tampak kesakitan dengan kesadaran compos mentis. Tanda vital: Tekanan darah : 110/50 mmHg; Nadi : 85 x/menit,regular, isi dan tegangan cukup; Respirasi : 21 x/menit; Suhu : 37,2 °C. Pemeriksaan fisik abdomen, tidak didapatkan bising usus, didapatkan defans muskular, nyeri tekan pada seluruh lapanagan abdomen, kembung dan pekak hepar menghilang. Pada pemeriksaan Rectal Toucher didapatkan tonus sfingter ani cukup, mukosa licin, nyeri tekan pada peritoneum, teraba prostat ± 2x2 cm, sulcus medianus tidak teraba, tidak ada darah, pus dan feses. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan AL: 3.580 /µl dan Hb: 15,2 g/dl. Hasil pemeriksaan radiologi berupa BNO 2 posisi didapatkan gambaran Air fluid level, free air dengan kesan peningkatan udara usus (meteorismus) dan tak tampak gambaran pneumoperitoneum.

DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis pada pasien ini dengan melihat gejala pasien berupa demam yang naik turun, adanya riwayat keluhan pasien berminggu-minggu tidak enak badan tanpa berobat atau diobati, hasil laboratorium yang menunjukkan AL yang rendah (3.580 µl) pada keadaan peritonitis (mengarah pada tanda dan gejala demam tifoid). Pada saat dilakukan operasi ditemukan adanya perforasi ileum ± 1 meter proksimal caecum antemesenterial dengan penampang berdiameter ½ cm, pada tepi perforasi nampak nekrosis (khas pada perforasi tifoid).
Ditegakkan diagnosis pre operatif Peritonitis generalisata et causa suspek perforasi usus dan dilakukan Laparatomi.
Saat operasi ditemukan adanya perforasi ileum ± 1 meter proksimal caecum antemesenterial dengan penampang berdiameter ½ cm, pada tepi perforasi nampak nekrosis (khas pada perforasi tifoid). Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang ditambah penemuan saat dilakukan laparatomi, ditegakkan diagnosis post operatif peritonitis generalisata akuta et causa perforasi tifoid pada ileum


TERAPI
Operatif : Laparatomi

DISKUSI
Penegakan diagnosis pada pasien ini dengan melihat gejala pasien berupa demam yang naik turun, adanya riwayat keluhan pasien berminggu-minggu tidak enak badan tanpa berobat atau diobati, hasil laboratorium yang menunjukkan AL yang rendah (3.580 µl) pada keadaan peritonitis (mengarah pada tanda dan gejala demam tifoid). Pada saat dilakukan operasi ditemukan adanya perforasi ileum ± 1 meter proksimal caecum antemesenterial dengan penampang berdiameter ½ cm, pada tepi perforasi nampak nekrosis (khas pada perforasi tifoid).
Demam tifoid adalah suatu penyakit sistemik yang bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Perforasi pada saluran pencernaan menunjukkan adanya lubang yang terjadi pada dinding saluran pencernaan. Perforasi usus halus dilaporkan terjadi pada 0,5-3% kasus. Keluarnya isi saluran pencernaan ke dalam rongga perut menyebabkan iritasi dan peradangan pada rongga abdomen yang disebut peritonitis.
Peritonitis ini sering menjadi fatal. Komplikasi didahului dengan penurunan suhu, tekanan darah, dan peningkatan frekuensi nadi. Perforasi usus ditandai oleh nyeri abdomen lokal pada kuadran kanan bawah akan tetapi dilaporkan juga nyeri yang menyelubung. Kemudian akan diikuti muntah, nyeri pada perabaan abdomen, defans muscular, hilangnya keredupan hepar dan tanda-tanda peritonitis yang lain.
Penatalaksanaan terbagi menjadi dua, yaitu non operatif dan operatif. Non Operatif dikerjakan sebelum dilakukan operasi perlu dilakukan persiapan operasi sebagai berikut: Resusitasi cairan, Oksigenasi dan bantuan ventilasi, Intubasi, kateterisasi, dan pemantauan hemodinamik, obat-obatan, pengendalian suhu tubuh. Lalu dilakukan tindakan Operatif: kontrol sumber infeksi, pencucian rongga peritoneum, tutup perforasi, irigasi kontinyu post-operatif.

KESIMPULAN
Tanda-tanda peritonitis ditemukan pada pemeriksaan khusus abdomen yaitu terdapat tanda-tanda iritasi peritoneum:
1. Nyeri tekan
2. Nyeri tekan lepas
3. Defance muscular dan musle guarding
4. Ditemukan pula tanda-tanda ileus paralitik seperti distensi abdomen, bising usus yang menurun sebagai akibat penyebaran pus intraperitoneal

REFERENSI
1. Soedarmo SS, Garna H, Hadinegoro SR, Eds. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak : Infeksi & Penyakit Tropis, edisi 1. Jakarta : BP FKUI,:367-75.
2. Tumbelaka AR. 2005. Tata laksana terkini demam tifoid pada anak. Simposium Infeksi –Pediatri Tropik dan Gawat Darurat pada Anak. IDAI Cabang Jawa Timur. Malang : IDAI Jawa Timur, hal.37-50.
3. WHO. 2003. Background document : The diagnosis, treatment and prevention of typhoid fever. World Health Organization, 7-18.