Definisi
Satu
masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih
dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan,
psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, putus asa dan tak berdaya, serta
gagasan bunuh diri.
Etiologi
1) Faktor organobiologi
·
Amin
biogenic
·
Norepinefrin
·
Dopamine
·
Serotonin
2) Faktor genetik
3) Faktor psikososial
4) Faktor kepribadian
5) Faktor psikodinamik pada depresi
Epidemiologi
Gangguan
depresi berat paling sering terjadi, dengan prevalensi seumur hidup sekitar 15
persen. Perempuan dapat mencapai 25 persen. Sekitar 10 persen perawatan primer
dan 15 persen dirawat di rumah sakit. Pada anak sekolah didapatkan prevalensi
sekitar 2 persen. Pada usia remaja didapatkan prevalensi 5 persen dari
komunitas memiliki gangguan depresif ringan.
Perempuan dua kali lipat lebih besar
disbanding laki-laki. Diduga adanya perbedaan hormone, pengaryh melahirkan,
perbedaan stressor psikososial dan model prilaku yang dipelajari tentang
ketidak berdayaan.
Patogenesis
dan Patofisiologi
Klasifikasi
dan Manifestasi Klinis
Gejala
utama
1)
Afek
depresif
2)
Kehilangan
minat dan kegembiraan
3)
Berkurangnya
energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (ras lelah yang nyata,
sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas
Gejala
tambahan
1)
Konsentrasi
dan perhatian berkurang
2)
Harga
diri dan kepercayaan diri berkurang
3)
Gagasan
tentang rasa bersalah dan tidak berguna
4)
Pandangan
masa depan yang suram dan pesimistis
5)
Gagasan
atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
6)
Tidur
terganggu
7)
Nafsu
makan berkurang
Klasifikasi ::
·
F32.0
Episode Depresif
Ringan
o Sekurang-kurangnya harus ada dua dari 3
gejala utama depresi seperti tersebut diatas
o Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala
lainnya
o Tidak boleh ada gejala
yang berat diantaranya
o Lamanya seluruh episode
berlangsung sekurang – kurangnya sekitar 2 minggu.
o Hanya sedikit kesulitan pekerjaan dan kegiatan
sosial yang biasa dilakukan.
o Karakter ke lima :
F32.00 = Tanpa gejala somatik dan F32.01 dengan gejala somatik
·
F32.1
Episode Depresif Sedang
o Sekurang-kurangnya harus ada dua dari 3
gejala utama
o Ditambah sekurang-kurangnya 3 dari gejala
lainnya
o Lama
seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu
o Mengalami kesulitan
dalam pekerjaan dan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga.
Karakter ke lima : F32.10 = Tanpa gejala somatik dan
F32.11 dengan gejala somatik.
·
F32.2
Episode Depresif berat tanpa gejala psikotik
o Semua 3 gejala utama depresi harus ada
o Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala
lainnya dan beberapa gejala diantaranya harus berintensitas berat.
o Bila ada gejala penting (misalnya agitasi
atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau
tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian,
penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresif berat masih dapat
dibenarkan.
o Paling sedikit telah
berlangsung dua minggu atau gejala amat berat dan onset sangat cepat.
o Sangat tidak mungkin
melakukan pekerjaan atau urusan rumah tangga dan kegiatan sosial kecuali pada taraf yang
sangat terbatas.
·
F32.3
Episode Depresif berat dengan gejala psikotik
o Episode depresif berat memenuhi kriteria
episode depresi berat tanpa gejala
psikotik.
o Waham, halusinasi atau stupor depresif
·
F32.8
Episode Depresif lainnya
·
F32.9
Episode Depresif YTT
Penegakan Diagnosa
1.
Anamnesis
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut
diperlukan masa sekurang-kurangnya 2minggu untuk penegakan diagnosis, akan
tetapi periode lebih pendek dan dapat dibenarkan jika gejala luar biasa
beratnya dan berlangsung cepat.
Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1)
dan berat (F32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode depresif berikutnya harus
diklasifikasi di bawah salah satu diagnosis gangguan depresif berulang (F33.-)
2.
PEMERIKSAAN
FISIK
i.
Tanda
Vital :
ii.
Nadi
iii.
RR
iv.
Tekanan
darah
v.
Suhu
3.
PEMERIKSAAN
PSIKIATRI
i.
Deskripsi
umum
ii.
Mood,
afek dan perasaan
iii.
Bicara
iv.
Gangguan
persepsi
v.
Pikiran,
dll
4.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
i.
Dexamethasone
suppression test (DST)
ii.
Peningkatan
kortisol serum
iii.
Penurunan
MHPG urin dan 5-HIAA cairan
secebrospinal
iv.
Uji
stimulasi TRH
v.
Gangguan
tidur
vi.
Uji
tantangan stimulant
Penatalaksanaan
Psikoterapi
Tujuan tatalaksana:
Keselamatan
pasien harus terjamin
Kelengkapan
evaluasi diagnostik pasien harus dilaksanakan
Rencana
terapi bukan hanya untuk gejala, tetapi kesehatan jiwa pasien ke depan juga
harus diperhatikan.
Psikoterapi
adalah pengobatan terpilih untuk gangguan kepribadian depresif. Pasien berespon
terhadap psikoterapi berorientasi tilikan, dan karena tes realitas pasien
adalah baik, mereka mampu menggali tilikan ke dalam psikodinamika penyakitnya
dan memahami efeknya pada hubungan interpersonal mereka. Terapi kemungkinan
berlangsung lama. Terapi kognitif membantu pasien mengerti manifestasi kognitif
dan perasaan rendah diri dan pesimisme mereka. Jenis psikoterapi lain yang
berguna adalah psikoterapi kelompok dan terapi interpersonal. Beberapa orang
berespons terhadap tindakan menolong diri sendiri.
Farmakoterapi
Obat
antidepresi bila dianggap perlu ::
Pertimbangkan
pemberian antidepresan jika suasana perasaan sedih atau kehilangan minat
menonjol selama 2 minggu dan 4 atau lebih gejala berikut ditemukan:
§ Kelelahan
atau kehilangan tenaga
§ Konsentrasi
kurang
§ Agitasi
atau pelambatan gerak dan pembicaraan
§ Gangguan
tidur, khususnya terbangun dini hari dan tidak bias tidur kembali
§ Pikiran
tentang kematian atau bunuh diri
§ Rasa
bersalah atau menyalahkan diri
§ Nafsu
makan terganggu
Obat
antidepresi yang diberikan :
Pada farmakoterapi
digunakan obat anti depresan, dimana anti depresan dibagi dalam beberapa
golongan yaitu:5
1. Golongan trisiklik,
seperti : amitryptylin, imipramine, clomipramine dan opipramol.
2. Golongan
tetrasiklik, seperti : maproptiline, mianserin dan amoxapine.
3. Mono-Amine-Oxydase Inhibitor (MAOI) seperti : moclobemide.
4. Antidepresan
atipikal, seperti : trazodone, tianeptine dan mirtazepine.
5. Selective Serotonin
Re-Uptake Inhibitor (SSRI), seperti : sertraline, paroxetine,
fluvoxamine, fluxetine dan citalopram.
Mekanisme kerja
Mekanisme kerja obat anti-depresi adalah:
·
Menghambat “re-uptake
aminergic neurotransmitter”
·
Menghambat penghancuran
Efek samping obat
Efek samping obat anti-depresi dapat berupa:
·
Sedasi (rasa mengantuk,
kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun,
dll)
·
Efek antikolinergik
(mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi, sinus takikardia,
dl)
·
Efek anti-adrenergik alfa
(perubahan EKG, hipotensi)
·
Efek neurotoksis (tremor
halus, gelisah, agitasi, insomania)
Efek samping yang tidak
berat (tergantung daya toleransi dari penderita), biasanya berkurang setelah
2-3 minggu bila tetap diberikan dengan dosis yang sama.
Pada keadaan overdosis/intoksikasi
trisiklik dapat timbul “Atropine Toxic Syndrome” dengan gejala: eksitasi
SSP, hipertensi, hiperpireksia, konvulsi, toxic confulsional state (confusion,
delirium, disorientation).
Tindakan untuk keadaan tersebut:
-
Gastric lavage (hemodialisis
tidak bermanfaat oleh karena obat trisiklik bersifat “protein binding” forced
dieresis juga tidak bermanfaat oleh
karena “renal exrection of tree drug” rendah)
-
Diazepam 10 mg (im) untuk
mengatasi konvulsi
-
Prostigmine 0,5 – 1,0 mg
(im) untuk mengatasi efek anti-kolinergik (dapat diulangi setiap 30-40 menit
sampai gejala mereda)
-
Monitoring EKG untuk
deteksi kelainan jantung
Pemilihan obat
Pada dasarnya semua obat anti-depresi mempunyai efek primer (efek
klinis) yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek sekunder
(efek samping).
Nama obat
|
Antikolinergik
|
Sedasi
|
Hipotensi orthostatik
|
Ket.
|
Amitriptyline
Imipramine
Clomipramine
Trazodone
Maprotiline
Mianserin
Amoxapine
Tianeptine
Meclobemide
Sertraline
Paroxetine
Fluvoxamine
fluoxetine
|
+ + +
+ + +
+ +
+
+
+
+
+ / -
+ / -
+ / -
+ / -
+ / -
+ / -
|
+ + +
+ +
+ +
+ + +
+ +
+ +
+
+ / -
+ / -
+ / -
+ / -
+ / -
+ / -
|
+ + +
+ +
+
+
+
+
+ +
+ / -
+
+ / -
+ / -
+ / -
+ / -
|
+++ = berat
++ = sedang
+ = ringan
+/- = tidak ada/ minimal sekali
= non spesifik serotonin
= spesifik serotonin
|
Pemilihan jenis obat
anti-depresi tergantung pada toleransi pasien terhadap efek samping dan
penyesuain efek samping terhadap kondisi pasien (usia, penyakit fisik tertentu,
jenis depresi).
Mengingat profil efek
samping, untuk penggunaan pada sindrom depresi ringan dan sedang yang datang
berobat jalan pada fasilitas pelayanan umum kesehatan umum, pemilihan obat anti
depresi sebaiknya mengikuti urutan (step care).
Step 1 : golongan SSRI (sertaline, ect)
Step 2 : golongan trisiklik (Amitriptyline, etc)
Step 3 : golongan tetrasiklik (maprotiline, etc)
golongan “atypical”
(trazodone)
golongan MAOI
(moclobemide)
Pertama-tama menggunakan
golongan SSRI yang efek sampingnya sangat minimal (meningkatkan kepatuhan minum
obat, bisa digunakan pada berbagai kondisi medik), spectrum efek anti-depresi
luas, dan gejala putus obat minimal, serta “lethal dose” yang tinggi (>6000
mg) sehingga relatif aman.
Bila telah diberikan dengan dosis yang adekuat dalam
jangka waktu yang cukup (sekitar 3 bulan) tidak efektif, dapat beralih ke
pilihan kedua, golongan trisiklik, yang spektrum anti depresinya juga luas
tetapi efek sampingnya relatif lebih berat.
Bila pilihan kedua belum berhasil, dapat beralih
ketiga dengan spectrum anti depresi yang lebih sempit, dan juga efek samping
lebih ringan dibandingkan trisiklik, yang teringan adalah golongan MAOI.
Disamping itu juga dipertimbangkan bahwa pergantian
SSRI ke MAOI membutuhkan waktu 2-4 minggu istirahat untuk “washout period” guna
mencegah timbulnya “serotonin malignant syndrome”.
Pemberian Dosis ::
Dalam pengaturan
dosis perlu mempertimbangkan:
·
onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu
·
efek sekunder (efek samping) : sekitar 12-24 jam
·
waktu paruh :
12-48 jam (pemberian 1-2 kali perhari).
Ada lima proses dalam pengaturan dosis, yaitu:
1. Initiating Dosage
(dosis anjuran), untuk mencapai dosis anjuran selama minggu I. Misalnya
amytriptylin 25 mg/hari pada hari I dan II, 50 mg/hari pada hari III dan IV,
100 mg/hari pada hari V dan VI.
2. Titrating Dosage
(dosis optimal), dimulai pada dosis anjuran sampai dosis efektif kemudian
menjadi dosis optimal. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari selama 7 sampai 15
hari (miggu II), kemudian minggu III 200 mg/hari dan minggu IV 300 mg/hari.
3. Stabilizing Dosage
(dosis stabil), dosis optimal dipertahankan selama 2-3 bulan. Misalnya
amytriptylin 300 mg/hari (dosis optimal) kemudian diturunkan sampai dosis
pemeliharaan.
4. Maintining Dosage
(dosis pemeliharaan), selama 3-6 bulan. Biasanya dosis pemeliharaan ½ dosis
optimal. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari.
5. Tapering Dosage
(dosis penurunan), selama 1 bulan. Kebalikan dari initiating dosage. Misalnya
amytriptylin 150 mg/hari à 100 mg/hari selama 1 minggu, 100 mg/hari à 75 mg/hari
selama 1 minggu, 75 mg/hari à 50 mg/hari selama 1 minggu, 50 mg/hari à 25
mg/hari selama 1 minggu.
Dengan demikian
obat anti depresan dapat diberhentikan total. Kalau kemudian sindrom depresi
kambuh lagi, proses dimulai lagi dari awal dan seterusnya.
Pada dosis pemeliharaan dianjurkan dosis tunggal
pada malam hari (single dose one hour before sleep), untuk golongan
trisiklik dan tetrasiklik. Untuk golongan SSRI diberikan dosis tunggal pada
pagi hari setelah sarapan.
Pemberian obat anti depresi dapat dilakukan dalam
jangka panjang oleh karena “addiction potential”-nya sangat minimal.
Kegagalan terapi
Kegagalan terapi
pada umumnya disebabkan:
·
Kepatuhan pasien menggunakan obta (compliance), yang
dapat hilang oleh karena adanya efek samping, perlu diberikan edukasi dan
informasi
·
Pengaturan dosis obat belum adekuat
·
Tidak cukup lama mempertahankan pada dosis minimal
·
Dalam menilai efek obat terpengaruh oleh presepsi
pasien yang tendensi negative, sehingga penilaian menjadi “bias”.
Kontraindikasi
Kontraindikasi obat
anti depresan yaitu:
·
Penyakit jantung koroner, MCI, khususnya pada usia
lanjut
·
Galukoma, retensi urin, hipertofi prostat, gangguan
fungsi hati, epilepsi
·
Pada penggunaan obat lithium, kelainan fungsi
jantung, ginjal dan kelenjar tiroid
Wanita hamil dan
menyusui tidak dianjurkan menggunakan TCA, resikoteratogenik besar (khususnya
trimester 1) dan TCA dieksresi melalui ASI.
o
ECT; terapi untuk depresi
berat.
o
Terapi Simptomatik; terapi
untuk mengurangi penderitaan pasien dengan berbagai gejala yang mengganggu
kualitas hidupnya.
Komplikasi
·
Menurunkan
kualitas hidup
·
Mencetuskan
dan memperlambat penyembuhan atau memperberat penyakit fisik
·
Meningkatkan
beban ekonomi
Prognosis
Prognosis
baik : jika episode ringan, tidak ada gejala psikotik, singkatnya rawat inap,
indikator psikososial meliputi mempunyai teman akrab selama masa remaja, fungsi
keluarga stabil, lima tahun sebelum sakit secara umum funsi social baik.
Sebagai tambahan, tidak ada komorbiditas dengan gangguan psikiatri lain, tidak
lebih dari sekali rawat inap dengan depresi berat, onsetnya awal pada usia
lanjut.
Prognosis
buruk : depresi berat bersamaan dengan distmik, penyalahgunaan alcohol dan zat
lain, ditemukan gejala gangguan cemas, ada riwayat lebih dari sekali episode
depresi sebelumnya.
Daftar Pustaka
1. Soewadi. Simtomatologi Dalam Psikiatri. Yogyakarta: MEDIKA Fakultas
Kedokteran UGM; 1999. Hal : 51
2. Kaplan H.I, Sadok B.J. Ilmu
Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta: Widya Medika; 1998. Hal : 227-229
3. Kaplan H.I, Sadok B.J. Sinopsis Psikiatri. Edisi ke-7. Jilid I.
Jakarta: Binarupa Aksara; 1997. Hal : 777-832
4. Malim
Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa,
Rujukan Ringkasan PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika
Atmajaya; 2001. Hal :
64-65
5. Maslim
Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klinis
Obat Psikotropik. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya;
1999. Hal :
11, 22-28
6.
Guyton, Arthur C, dan John E. Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta: EGC; 2007.Hal : 777-779