Pengertian
Gagal
ginjal kronik adalah suatu sindroma klinik yang disebabkan oleh penurunan
fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan irreversibel.
Setiap penyakit yang terjadi pada ginjal akan menyebabkan tergangguanya fungsi
ginjal terutama berkaitan dengan fungsi pembuangan sisa metabolisme .5,6
Epidemilogi
Di
Amerika Serikat, data tahun 1995-1999 menyatakan insidensi penyakit ginjal
kronik diperkirakan 100 kasus perjuta penduduk pertahun, dan angka ini
meningkat sekitar 8% setiap tahunnya. Di Malaysia, dengan populasi 18 juta,
diperkirakan terdapat 1800 kasus baru gagal ginjal pertahunnya. Dinegara-negara
berkembang lainnya, insidensi ini diperkirakan sekitar 40-60 kasus perjuta
penduduk pertahun. 7
Etiologi
Gagal ginjal kronik, merupakan
keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan ireversibel yang berasal
dari berbagai penyebab. Angka perkembngan penyakit ginjal kronik sangat
bervariasi. Perjalanan ESRD hingga tahap terminal dapat bervariasi dari 2 –
3 penyebab ginjal krinik yang tersering
dapat dibagi menjadi delapan kelas yang tercantum pada tabel 2.1. 6
Sedangkan untuk Indonesia sendiri
menurut Perhimpunan Nefrologi Indonesia (pernefri) tahun 2000 mencatat penyebab
gagal ginjal yang menjalani hemodialisa di Indonesia, seperti pada tabel 2.2.7
Tabel 2.1 Klasifikasi
penyebab gagal ginjal kronik
Klasifikasi Penyakit
|
Penyakit
|
Penyakit infeksi tubulointerstitial
|
Pielonefritis kronik atau refluks
nefropati
|
Penyakit peradangan
|
Glomerulonefritis
|
Penyakit vaskular hipertensif
|
Nefrosklerosis benigna
Nefrosklerosis maligna
Stenosis arteria renalis
|
Gangguan jaringan ikat
|
Lupus eritomatosus sistemik
Poliartritis nodosa
Sklerosis sitemik progresif
|
Gangguan kongenital dan herediter
|
Penyakit ginjal poli kistik
|
Penyakit metabolik
|
Diabetes melitus
Hiperparatiroidisme
Amiloidosis
|
Nefropati toksik
|
Penyalah gunaan analgesik
Nefropati timah
|
Nefropati obstruktif
|
Traktus urinarius bagian atas :
Batu, neoplasma, fibrosis retro peritoneal
Traktus urinarius bagian bawah :
Hipertrofi prostat, striktur eretra, anomali kongenital
lever vesika urinaria dan uretra.
|
Tabel. 2.2 Penyabab gagal ginjal
kronik yang menjalani Hemodialisa di Indonesia
Penyebab
|
Insiden
|
Glomerulonefritis
|
46,39%
|
Diabetes Melitus
|
18,65%
|
Obstruksi dan Infeksi
|
12,85%
|
Hipertensi
|
8,46%
|
Penyebab lain
|
13,65%
|
Klasifikasi
Pada tahun 2003,
Perazella dan Reilly menetapkan suatu klasifikasi dari penyakit ginjal kronis
berdasarkan laju filtrasi glomerulus. Dengan adanya suatu sistem klasifikasi
ini, maka diharapkan faktor-faktor yang mempercepat progresi dari penyakit
ginjal kronis, pengobatan yang akan diberikan, efek yang tidak diinginkan dapat
diketahui dan ditetapkan dengan lebih mudah. Selain itu, suatu klasifikasi juga
dapat digunakan untuk pedoman klinis, dan program peningkatan kualitas .13
Tabel. 2.3 Klasifikasi dan Perencanaan
Tindakan Penyakit Ginjal13
Patofisiologi
Patofisiologi penyakit ginjal
kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang mendasarinya, tapi dalam
perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama. Pengurangan
massa ginjal menyababkan hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih
tersisa (suviving nephrons) sebagai
upaya kompensasi, yang diparantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan groeth factor. Hal ini mengakibatkan
hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah
glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh
proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa. Proses ini
akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang progresif, walaupun
penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi. Adanya peningkatan aktivitas aksis
renin-angiotensin-aldosteron internal, ikut memberikan kontribusi terhadap
terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis dan progresifitas tersebut. Aktivitas
jangka panjang aksis renin-angiotensin-aldosteron, sebagian diperantarai oleh growth factor seperti transformning growth factor β (TGF-β).
Beberapa hal juga dianggap berperan terhadap terjadinya progresifitas penyakit
ginjal kronik adalah albuminuria, hpertensi, hiperglikemia, dislipidemia.
Terdapat variabelitas interindividual untuk terjadinya sklerosis dan fibroisis
glomerulus maupun tuburointerstitial.7
Pada stadium paling dini penyakit
ginjal kronik, terjadi kehilangan daya cadang ginjal (renal reserve), pada keadaan mana basal LFG masif normal atau malah
meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi
nefron yang progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan
kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 60%, penderita masih belum merasakan
keluhan (asimtomatik), tetapi sudah terjadi peningkatan urea dan kreatinin
serum. Sampai pada LFG sebesar 30%, mulai terjadi keluhan pada penderita
seperti, nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan krang dan penurunan berat
badan. Pada sampai LFG dibawah 30%, penderita memperlihatkan gejala dan
tanda-tanda uremia yang nyata seperti, anemia, peningkatan tekanan darah,
gangguan metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah dan lain
sebagainya. Penderita juga mudah terkena infeksi sepeti infeksi saluran kemih,
infeksi saluran napas, maupun infeksi saluran cerna. Juga akan terjadi gangguan
keseimbangan air seperti hipo atau hipervolemia, gangguan keseimbangan
elektrolit antara lain natrium dan kalium. Pada LFG dibawah 15% akan terjadi
gejala dan komplikasi lebih serius, dan penderita sudah memerlukan terapi
pengganti ginjal antara lain dialisis atau transplantasi ginjal. Pada keadaan
ini dikatan sampai pada stadium gagal ginjal.7
Gambaran Klinis 7
Gambaran
klinis penderita gagal ginjal kronik dibagi atas :
1. Sesuai
dengan penyakit yang mendasari seperti diabetes melitus, infeksi traktus
urinarius, batu traktur urinarius, hipertensi, hiperurikemia, Lupus
Eritomatosus Sistemik (LES), dan lain sebagiannya.
2. Sindroma
uremia, yang terdiri dari lemah, latergi, anoreksia, mual muntah, nokturia,
kelebihan volume cairan (volume overload),
neuropati perifer, pruritus, uremic frost,
perikarditis, kejang-kejang sampai koma.
3. Gejala
komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia, osteodontrofi renal, payah
jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit (kalium, natrium,
klorida).
Terapi 7
Terapi
pada penyakit ginjal kronik bisa dibagi atas terapi untuk penyakit penyebab,
memperlambat progrevisitas penyakit ginjal kronik, dan penanganan komplikasi.
Terapi untuk penyakit penyebab tentu sesuai dengan patofisiologi masing-masing
penyakit. Pencegahan progresivitas penyakit ginjal kronik bisa dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain retriksi protein, kontrol glukosa, kontrol tekanan
darah dan proteinuria, penyesuaian dosis obat-obatan, dan edukasi. Pada penderita
yang sudah gagal ginjal dan terdapat gejala uremia, Hemodialisi atau terapi
pengganti lain bisa dilakukan.